Membuat Media Pembelajaran Berbasis PowerPoint

on 17 Juni 2009

MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT
(POWERPOINT)
Oleh: Suwito Setiadi

A. Pendahuluan
ICT merupakan salah satu bidang yang sedang berkembang dengan pesat saat ini. Bidang pekerjaannyapun begitu banyak. Hampir tiap unit di perusahaan manapun sekarang perlu ahli ICT. Kedepannya jika suatu bangsa ingin maju, maka bangsa itu perlu perlu menjadikan ICT sebagai salah satu fokus pembangunannya.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap keterampilan ICT, pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah dimasukkan mata pelajaran ICT atau lebih dikenal dengan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), walaupun sifatnya masih pilihan atau tidak wajib. Karena untuk menerapkan pembelajaran TIK di sekolah diperlukan perangkat komputer, dimana sekolah-sekolah masih banyak yang belum memiliki atau tidak adanya guru yang mampu mengajarkan materi ini.
Di samping ICT atau TIK sesuatu yang harus dipelajari, ICT juga digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Dengan demikian, guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional, dengan demikian profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional.
Tuntutan profesionalisme guru mengharuskan guru mampu memanfaatkan kemaujuan IPTEK dalam pendidikan, antara lain: 1) mampu Menggunakan berbagai fungsi internet, terutama menggunakan e-mail dan mencari informasi. 2) Menggunakan komputer terutama untuk word processor dan spread sheet (Contoh : Microsoft Word, Excel), 3) mampu membuat media pembelajaran berbasis komputer

B. Pembahasan
1. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm dalam Sudrajat (2009) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs dalam Sudrajat (2009) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton dalam Sudrajat (2009) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown dalam Sudrajat (2009) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen dalam Sudrajat (2009) mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
2. ICT dalam Pendidikan
Informasi menurut Budi Sutedjo (2002:168), Rahayuningsih, Rochaety, Yanti, (2006:4) dalam . http://neealove.blogspot.com adalah: 1) Pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen bentuk yang mudah dipahami, 2) Informasi yang menjelaskan suatu peristiwa sehingga manusia dapat membedakan antara yang lainnya. Sedangkan menurut Main dalam http://neealove.blogspot.com (2008) Teknologi Informasi dapat diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi., lebih lanjut Information Communications Technologies (ICT) dalam The Dictionary of Computers, Information Processing and Telecommunications (Hariyadi dalam http://neealove.blogspot.com, 2008), IT : Teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena “... adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi. Information Communications Technologies (ICT) Fitrihana (2007), ICT adalah sistem atau teknologi yang dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi
UNESCO mengklasifikasikan penerapan ICT untuk pendidikan kedalam 4 level, yaitu level emerging, applying, integrating dan transforming. Menurut bahasa awam, yang dimaksud “emerging” adalah bahwa suatu negara para pemimpin dan pengambil kebijakannya serta masyarakatnya baru menyadari atau merasa pentingnya ICT untuk pendidikan, tapi belum melakukan apa apa. Applying artinya baru sampai tahap mempelajari penggunaan ICT (learning to use ICT). Integrating maksudnya adalah sudah menggunakan ICT untuk pembelajaran (using ICT to learn). Terakhir transforming, yang artinya menjadikan ICT sebagai katalis reformasi/transformasi pendidikan.
Dalam bukunya bertajuk Effective Teaching, Evidence and Practice, Daniel Muijs dan David Reynolds dalam Suparlan (2008) menjelaskan beberapa hal tentang kecakapan ICT. Bagaimana ICT dapat membantu siswa belajar?
Pertama, presenting information. ICT memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyampaikan informasi. Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat disimpan di hard disk. Bahkan kini telah lahir google earth yang dapat menunjukkan kepada kita seluruh kawasan di muka bumi kita ini dari hasil foto udara yang amat mengesankan. Dengan membuka www.google.com, data dan informasi akan dengan mudah kita peroleh. Mau membuat grafik dan tabel? Itu sangatlah mudah. Komputer akan dengan senang hati membantu peserta didik untuk membuatkan grafik dan tabel secara otomatis, dengan hanya memasukkan data sesuai dengan yang kita inginkan.
Kedua, quick and automatic completion of routine tasks. Tugas-tugas rutin kita dapat diselesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan otomatis. Mau membuat grafik, membuat paparan yang beranimasi, dan sebaliknya, dengan mudah dapat dilakukan dengan bantuan komputer.
Ketiga, assessing and handling information. Dengan komputer yang dihubungkan dengan intenet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan informasi dengan mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki website yang menjangkau ujung dunia mana pun. Jangan heran, anak-anak kita dapat dengan mudah melakukan cheating atau ngobrol dengan temannya yang berada entah di belahan dunia mana.

3. Membuat Media Pembelajaran dengan PowerPoint
Pernah suatu ketika dalam suatu sidang thesis, seorang mahasiswa S2 Teknologi Pendidikan mempresentasikan pendahuluan tesisnya persis seperti paragraf asli dalam tesis tersebut. Sang professor langsung interupsi dan berkata, “Saudara ……, Anda saya nyatakan TIDAK LULUS”. Bayangkan, seorang mahasiswa S2 Teknologi Pendidikan yang seharusnya telah mengerti prinsip-prinsip media pembelajaran, dalam ujian tesis masih salah fatal dalam memanfaatkan media pembelajaran. Hal ini, jangan sampai terjadi pada diri Anda.
Agar tampilan slide yang dibuat dengan menggunakan MS PowerPoint dapat ditampilkan secara efektif dan informasi yang disampaikan dapat tercapai, maka tips di bawah ini perlu diterapkan dalam upaya mencapai tujuan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Pertama, masalah template, khususnya background:
Pilihlah background untuk template slide presentasi Anda yang simple, kontras dan juga konsisten. Hindari background yang kompleks, warna-warni, apalagi degradasi warnanya beragam. Hal tersebut justeru akan menjadi distractor bagi slide presentasi Anda.
2. Kedua, masalah huruf:
Gunakan huruf yang sederhana, jelas dan konsisten. Besar huruf minimal adalah 18pt, dibawah itu kurang terlihat untuk audiens diatas 15 atau 20 orang. Hindari penggunaan huruf kapital secara keseluruhan. Hindari penggunaan huruf yang rumit seperti monotype corsiva dan sejenisnya. Mengenai jenis huruf, sebaiknya gunakan jenis huruf yang tidak berkait, seperi arial, tahoma, dll. Huruf yang berkait seperti times new roman dan kawan-kawannya, menurut penelitian readibility rendah. Idealnya, jumlah kata maksimal dalam satu slide adalah 25 buah kata.
3. Ketiga, masalah penggunaan bullet:
Masalah bullet juga menjadi penting. Penggunaan bullet sebaiknya konsisten dan tidak lebih dari enam bullte dalam satu slide presentasi. Walaupun ini bukan merupakan suatu keharusan, tapi alangkah baiknya kalo diperhatikan.
4. Keempat, masalah pemilihan warna:
Warna memainkan peranan penting, tapi dapat pula menjadi perusak. Sebaiknya jangan gunakan lebih dari tiga kombinasi warna. Pilih warna yang kontras dengan back ground. Misalnya, hitam di atas putih atau sebaliknya. Gelap di atas kuning. Putih diatas hijau atau hijau diatas gelap. Kita juga harus berhati-hati karena didepan layar komputer warna kelihatan bagus dan kontras, tapi ketika diproyeksikan melalui LCD Projector, ternyata tak seindah aslinya. Oleh karena itu kekontrasan perlu benar-benar diperhatikan. Kita juga dapat memanfaatkan warna untuk alur logika (sistematika) secara konsisten. Misal, Kuning untuk judul, putih untuk teks atau hijau untuk judul, hitam untuk teks, jika bacgroundnya adalah putih. Warna juga bisa kita manfaatkan sebagai penekanan (hihghlight). Misal gunakan warna kuning atau merah untuk penekanan terhadap satu kata penting tertentu. Terkadang pembuat presentasi memanfaatkan animasi chnage font color untuk memberikan highlight terhadap suatu kata, istilah atau konsep teknis tertentu.
5. Last, but may be not the least. VISUALISASI. SLIDE PRESENTASI (baik dengan MS PowerPoint atau aplikasi lain) IS MORE VISUAL THAN WRITTEN. Artinya, visualisasi adalah ruhnya slide presentasi. Jika dapat divisualisasikan secara kreatif kenapa harus menggunakan teks. Ingat, Picture is worth a thousand words! So, upayakan untuk membuat visualisasi secara kreatif apakah melalui gambar, grafik, diagram, animasi, video, atau kombinasi dari semua itu. NOT JUST TEXT atau bahasa verbal lainnya.
Program MS PowerPoint memang sering digunakan untuk persentasi, tetapi sekarang banyak media atau pun multi media pembelajaran yang menarik dibuat dengan program PowerPoint. Agar multimedia pembelajaran yang akan dibuat dengan program PowerPoint dapat dirancang menarik, ikuti tips dibawah ini:
1. Tips 1: Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Apa yang dimaksud dengan komponen pemicu (triger)? Yang dimaksud dengan komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul, tujuan pembelajaran dan yang menarik dan menantang.
a. Trik #1: Sulap Judul menjadi Lebih Menarik dan Menantang
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Tapi, banyak pembuat multimedia pembelajaran yang kurang memperhatikan hal ini. Sering dijumpai, judul dinyatakan dengan kalimat yang kaku. Padahal, judul dapat dirumuskan dalam kalimat yang lebih menantang dan menarik. Coba bandingkan contoh rumusan judul berikut ini!
• Daripada kita menggunakan judul “TATA SURYA”, akan lebih menarik jika kita rubah menjadi “SEPERTI APAKAH KEADAAN DI LUAR ANGKASA?”;
• Daripada kita menggunakan judul “BIAYA, PENERIMAAN DAN RUGI/LABA”, tentu akan lebih menarik jika kita sulap menjadi “CARA MUDAH MENGHITUNG RUGI LABA”; atau
• Daripada kita menggunakan judul “INTEGRAL”, akan lebih menarik jika diganti dengan “MENGHITUNG LUAS BENTU-BENTUK TIDAK BERATURAN”.
b. Trik #2: Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Beberapa kelemahan yang sering saya temui dari peserta lomba pembuatan multimedia pembelajaran adalah (a) tidak adanya tujuan pembelajaran; dan (b) walaupun ada, tidak dinyatakan dengan redaksi yang jelas, realistis, dapat diukur dan menantang/menarik perhatian pengguna. Mengapa? Karena pengembang selalu terpaku pada rumusan kompetensi dasar atau indikator yang telah ada dalam kurikulum. Padahal, secara kreatif redaksi kompetensi dasar atau indikator dalam kurikulum dapat diperhalus dengan kalimat yang tidak hanya lebih jelas, realistis, dan dapat diukur, tapi juga menarik serta menantang. Pengguna (user) perlu diberitahu manfaat ayang akan diperoleh dari multimedia pembelajaran. dePorter dkk, mengistilahkannya dengan istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku?). Dengan rumusan tujuan yang jelas, siswa mengetahui manfaat dan arah yang jelas saat menggunakan media tersebut. Perlu diperhatikan bahwa media pembelajaran juga berkaitan dengan kerangka waktu. Dengan tujuan yang jelas, maka pencapaian tujuan dapat disesuaikan dengan kerangka waktu yang ada dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Demikian pula dengan manfaat dari media pembelajaran harus memberikan peluang bagi pengguna untuk ‘merasakan’ kegunaan lain selain sebagai media pembelajaran pokok. Oleh karena itu kalimat-kalimat ajakan dan sapaan psikologis yang dapat memberikan ikatan emosional (engagement) bagi pengguna menjadi perlu, sehingga memunculkan interaktifitas yang tinggi dari multimedia tersebut. Coba bandingkan contoh rumusan tujuan pembelajaran berikut!
Setelah mempelajari media ini, siswa akan dapat menjelaskan terjadinya jantung koroner. Dengan tidak mengurangi makna inti, rumusan tujuan pembelajaran tersebut dapat kita sulap sedikit menjadi: Dalam waktu 15 menit, Anda (Kamu) akan mampu menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya jantung koroner dengan baik.
c. Trik #3: Berikan MOTIVASI yang Kontekstual
dePorter dkk. dalam buku “Quantum Teaching” memfungsikan motivasi atau relevansi untuk ‘membawa dunia mereka kedunia kita’. Yaitu, mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba ‘menarik’ mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna. Disinilah diperlukan kalimat atau narasi penghubung dari ‘dua dunia’ yang mungkin berbeda. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka pengguna ‘merasa diajak’ berkomunikasi dengan media kita. Jika perlu gunakan, bahasa yang ‘menantang’ dan sedikit ‘memprovokasi’ dalam artian positif. Mari kita perhatikan contoh berikut: Selamat datang dalam software pembelajaran fisika. Dalam software pembelajaran ini, kamu akan mempelajari tentang impuls, momentum dst….. (Catatan: contoh kalimat atau narasi seperti ini biasanya muncul sebagai kalimat pembuka) Tentunya akan lebih baik jika dibuat lebih kontekstual dengan materi yang akan dibahas dalam multimedia tersebut. Perhatikan contoh yang satu ini: Anda tentu pernah bermain bola basket. Bagaimana bola basket dapat memantul dengan sempurna? Begitu pula halnya dengan bola volley atau bola sepak. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Topik ini akan membahas tuntas pertanyaan tersebut. … dst. (Catatan: motivasi atau relevansi seperti ini bisa dalam bentuk teks atau divisualisasikan dalam bentuk narasi (audio), animasi plus narasi, atau bahkan video)
Tiga komponen pemicu ini, khususnya judul dan , penting dioptimalkan. Sebab kalau diawal saja tidak menarik, dalam hitungan detik, pengguna langsung kabur.!
C. Penutup
Perkembangan ICT tidak dapat dibendung, semua aspek kehidupan pasti akan bersentuhan dengan ICT. Sehingga sudah selayaknya kita mencoba memanfaatkan ICT dalam bidang pekerjaan misalnya mengajar, contohnya menggunakan ICT dalam pembelajaran, mampu membuat media pembelajaran berbasis ICT dan seterusnya. Jangan katakan tidak bisa sebelum mencoba. Semoga pemanfaatan ICT bagi guru dapat meningkatkan profesionalisme guru. Selamat Belajar!
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Seperti Apa Posisi Indonesia dalam ICT untuk Pendidikan. http://fakultasluarkampus.net

Anonim. (2008). Pengertian ICT. http://neealove.blogspot.com

Anonim (2008). Tips dan Trik Membuat Multimedia Pembelajaran. http://fakultasluarkampus.net

Anonim (2009). Standar Kompetensi Guru. http://www.geocities.com/pengembangan_ sekolah/standarguru.html


Akhmad Sudrajat. (2009). Media Pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Suparlan. (2008). Penggunaan ICT dalam Proses Pembelajaran.di Sekolah http://www.suparlan.com

Yohanes Surya. (2009). Mengapa ICT. http://www.yohanessurya.com/activities.php
http://www.geocities.com/pengembangan_sekolah/standarguru.html

0 komentar:

Posting Komentar